Monday, September 05, 2005

empathy for the enemy...

Selalu saja aku yg dipersalahkan. Selalu saja ada yg salah yg aku lakukan. sehingga aku memutuskan untuk menjadi acuh atas segala keadaan. Aku hanya melakukan apa2 yg emang menjadi tugasku tanpa harus berupaya untuk membantu atau menjadi seorang manusia normal. Bukankah segala yg aku lakukan selalu ada kesalahannya dan selalu dipersalahkan, atau minimal kesalahanku itu disimpan utk kemudian diberondongkan kepadaku kl emang ada waktu yg tepat utk menembakku? Kesalahan adalah hal yg sangat manusiawi. Dari pertama nabi adampun jg melakukan kesalahan. Sampai manusia akhir zamanpun akan tetap ada kesalahan yg dibuat oleh manusia. Orang bisa menganggap kesalahan itu sebagai hal yg biasa. Bisa juga membesar2kannya menjadi hal yg sangat luar biasa. Kesalahan yg ada adalah cara utk menjadi benar di kemudian hari. Tp kl kesalahan sudah dijadikan sebagai senjata utk menjatuhkan orang lain dan utk menghancurkan orang lain, maka jangan harap ada perubahan ke arah kebaikan yg akan terjadi. Karena kejatuhan dan kehancuran bisa menyebabkan 2 sisi kelanjutan dari peristiwa. Ada kemungkinan utk balas dendam atas kejatuhan dan kehancuran yg terjadi. Ada pula keinginan utk menjadi baik, tp tetap dipenuhi dgn segala macam trauma dan ketakutan2. jadi sikapilah kesalahan yg terjadi sebagai suatu bagian dari nilai2 kemanusiaan yg ada tanpa harus menjatuhkan martabat dari manusia yg bersalah. Karena akupun akan menjadi utk mencoba memahami arti dari kesalahanku utk berempati kepada orang lain. Aku gak punya keinginan utk mendendam atau berburuk sangka kepada orang lain. Karena ternyata mendendam dan berburuk sangka itu sangat tidak baik utk kesehatan fisik apalagi kesehatan mental. Perasaan mendendam dan berburuk sangka tak ubahnya seperti penyakit kanker yg tidak kelihatan tp terasa bgt sakitnya. Dan menjadi hal yg sangat tidak mudah utk menghilangkan perasaan dendam dan buruk sangka. Perasaan mendendam dan berburuk sangka akan menjadi terkikis dengan sentuhan kepercayaan dan sikap menghargai. Sikap mendendam dan berburuk sangka akan terus tumbuh subur jika lingkungan dipenuhi dengan sikap penuh celaan dan pengingkaran2. Mencoba berempati kepada orang lain, apalagi kepada �musuh� adalah tindakan terpuji. Sikap empati entah darimana datangnya, pernah dgn tiba2 menyelinap ke dalam hatiku. Ada benar terasa kesejukkannya. Mungkin sikap empati ini bs tumbuh jk kita mampu memahami siapa diri kita dan hubungan kita dgn Sang pencipta sedang dekat2nya. Kedekatan dgn Sang pencipta akan membuat hati menjadi tenang. Dan ingatlah kepadaKu, maka engkau akan menjadi tenang. Bermacam sikap kebaikan akan menumbuhkan lagi sikap kebaikan lainnya, spt halnya sikap yg jelek akan terus memunculkan wajah2 keburukan yg lain. Karena one thing lead to another < tag line iklannya nescafe :) jadi berusahalah utk berbuat baik sekarang juga. Berbuat baik itu gak cm dgn cara menyumbang masjid sampe berjuta2 rupiah atau naik haji atau membangun rumah buat anak yatim piatu atau berangkat perang berjihad ke afganistan atau menjadi anggota mui atau menjadi alim ulama yg terkenal di seluruh indonesia. Berbuat baik juga bukan melulu menjadi sukarelawan ke aceh atau menjadi anggota dpr yg penuh amanah. Tapi berbuat bagi bisa juga dimulai dari hal kecil2, misalnya dgn jalan dateng ke kantor gak telat, gak main internet kantor selain buat kerja, gak tiduran waktu jam kerja, gak ikut2an mengejek temen. Berbuat baik jg bs dilakukan dgn memberi uang recehan kepada orang pengemis yg ada di pinggiran2 jalan atau memasukkan uang seribuan ke mushola2 dan masjid tempat sholat atau bs jg dgn membaca bismillah di tiap2 pekerjaan yg kita lakukan (tentunya bismillah nya yg ikhlas dan bener2 penuh penghayatan, bukan bismillah yg cm sebatas di bibir saja, apalagi kl sebatas bibir sumur... :) < apaan nih... ) .sebagai orang kecil, kl berbuat baik jg harus dimulai dari hal2 kecil, spt membantu anak kecil, membantu orang kecil jg, menolong pengemis kecil atau menyumbang mushola kecil yg direnovasi, bs jg menjadi donatur kecil2an utk acara pengajian di kampung. Bs jg dgn menyisihkan batu kecil yg ada di tengah jalan dll. Setelah amalan2 yg kecil dilakukan tentu tidak berenti di situ saja, tp istiqomah jg harus tetap terjaga shg nantinya hati yg telanjur gemar berbuat kebaikan akan berlanjut jika kita diberi amanah oleh Allah berupa rezeki yg berlimpah. Kl dulunya kita hanya membantu dgn uang recehan kecil2, kl rezeki mulai melimpah tentu saja gak cm uang recehan kecil kan? Begitu jg dgn sumbangan ke mushola2 kecil dan masjid2 kecil... tapi sebenarnya dari semua itu yg terpenting adalah menjadikan hati ini untuk selalu rindu akan berbuat baik. Itulah awal dari segala kebaikan. Nah terus bgm caranya agar hati selalu rindu pada kebaikan? Hm... bagaimana ya... mungkin salah satu caranya adalah dgn banyak berkumpul dgn orang2 sholeh dan jg ikut pada pengajian2 atau sering2 dengerin ceramahnya aa gym atau ulama yg hanif lainnya, tp jgn ulama yg suka main2 politik, apalagi ama ulama yg dulunya ulama terus kebablasan main politik jd lupa ama umatnya. Wah jgn bgt deh... ulama yg berpolitik tp kebablasan is suck... :( tentunya kebablasan yg dimaksud disini adalah keluarnya jalur dakwah yg sebelumnya ditempuh oleh ulama tsb. Sebenarnya ulama berpolitik itu sah2 saja kok. Tp harus mengikuti jalur yg telah ada ditetapkan oleh agama. Jgn hanya karena tuntutan kepentingan politik, malah membiaskan aturan agama... ulama bukan diukur dari panjangnya jenggot yg ada di dagunya. Ulama jg tidak diukur dari tingginya celananya dilipat di atas mata kaki. Ulama jg bukan diukur dari semerbaknya minyak misik atau minyak kesturi yg menyebar dari tubuhnya. Ulama bukan pula diukur dari hitamnya jidat. Tp kualitas ulama yg paling utama adalah diukur dari kedekatannya kpd Allah dan bgm dia mengamalkan semua ajaran agama yg diceramahkannya itu. Ulama yg top jg bukan diukur dari kencengnya suaranya yg keluar dari speaker di masjid2. bukan bgt deh kl yg gitu. Itu malah ngeganggu orang sekitar aja... makanya orang jd males ikutan ke kajian atau pengajian2 di mesjid yg pake speaker kenceng bgt krn orang mikir �ngapain jg dateng ke masjid dengerin ceramah, orang dari rumah aja kedengeran kok... � :P wallahu �alam... :)

3 Komentar:

Pada 05 September, 2005, Anonymous Anonymous berkata...

"sing mbok laleni siji nang, kumpul karo tonggo tepareo, konco-konco iku marahi tenang pikiran...dadi kumpul nang mesjid iku intine guyub-e kuwi duduk suarane wae...."

 
Pada 11 September, 2005, Blogger pippip berkata...

"suwung kang tambahane...

:)"

 
Pada 12 September, 2005, Blogger pippip berkata...

"maksude ameh nulis suwun kok malah salah dadi suwung...

suwun kang tambahane..
ngono lho..."

 

Post a Comment

<< Home